Kisah Seorang Konsultan Properti

Kisah-Seorang-Konsultan-Properti
Kisah Seorang Konsultan Properti

Petualangan di Dunia Beli-Beli Rumah

Jadi, gue punya cerita nih. Gue sekarang lagi terjun ke dunia yang penuh dengan drama dan romansa, tapi bukan drama Korea atau romansa ala sinetron. Ini lebih mendebarkan, lebih menantang, dan kadang bikin pusing kepala. Yep, gue sekarang seorang konsultan properti.

Awalnya, gue pikir kerjaan ini bakal sesantai browsing di marketplace online. Gue ngebayangin, "Ah, paling cuman cek-cek rumah, terus kasih saran ke klien. Gampang lah." Ternyata, bayangan gue se-simple makan mie instan jam 3 pagi itu salah besar. Realitanya, ini kerjaan yang kompleks, penuh intrik, dan nggak jarang harus menghadapi karakter-karakter unik yang bikin alis gue berkerut.

Klien pertama gue, sebut aja namanya Mas Budi. Mas Budi ini orangnya perfeksionis. Dia pengen rumah yang sempurna, dari lantai sampai atap, dari halaman depan sampai kamar mandi belakang. Kalau bisa, pintu garasi harus bisa nyanyi lagu favoritnya. Setiap gue kasih lihat satu properti, pasti ada aja yang kurang. "Lantainya terlalu licin, takut jatoh pas lagi ngepel," katanya. Terus, "Kamar mandinya kurang artistik, gue pengen yang ada pemandangan sawah."

Ada juga klien kedua, Mbak Tuti, yang punya kriteria rumah yang nggak kalah absurd. Dia pengen rumah yang feng shui-nya bagus. "Jangan sampai rumahnya menghadap ke barat, nanti rejeki gue kabur," begitu katanya. Jadilah gue belajar tentang feng shui, sampe nanya-nanya ke Google tiap malam.

Sampai suatu hari, gue ketemu dengan klien yang rada beda, namanya Pak Joko. Pak Joko ini tipikal orang yang nggak neko-neko. Dia cuman pengen rumah yang cukup nyaman buat keluarganya. "Yang penting, halaman luas buat main bola sama anak-anak," katanya. Mendengar itu, gue langsung semangat nyariin rumah yang pas. Akhirnya, gue nemu rumah yang sesuai kriteria Pak Joko. Begitu kita sampe di lokasi, ternyata Pak Joko langsung jatuh cinta sama rumah itu.

"Mbak, ini rumah impian saya. Tapi, saya takut nanti ada yang lebih bagus lagi. Gimana ya?" katanya bimbang.

Gue cuma bisa senyum dan bilang, "Pak Joko, rumah itu kayak jodoh. Kalau udah ngerasa klik, nggak usah ditunda. Ntar keburu diambil orang lain." Akhirnya, dengan senyum lebar, Pak Joko memutuskan untuk beli rumah itu.

Dari situ gue belajar, jadi konsultan properti itu nggak cuma soal ngasih saran teknis tentang bangunan atau harga. Ini soal ngertiin mimpi dan keinginan tiap orang, soal ngebantu mereka menemukan tempat yang bisa mereka sebut "rumah". Ada rasa puas tersendiri ngeliat klien gue seneng dan puas dengan pilihan mereka.

Jadi, buat lo yang mungkin kepikiran buat terjun ke dunia properti, siap-siaplah buat petualangan yang penuh warna. Jangan cuma siap jadi ahli bangunan, tapi juga jadi pendengar yang baik, psikolog dadakan, dan kadang-kadang, motivator yang handal.

Selamat mencoba, dan semoga sukses di petualangan properti lo!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak