Menanti Jawaban Saat Diajak Menikah: Sebuah Kisah Galau

Galau-Di-Ajak-Menikah
Galau Menikah


Setiap orang pasti pernah mengalami momen di mana hidup terasa seperti berada dalam kegelapan tanpa bintang. Salah satunya adalah ketika seseorang diajak untuk menapaki jalan pernikahan, sebuah keputusan besar yang mengubah arah hidup secara drastis. Bagi beberapa orang, ajakan itu membawa kegembiraan dan harapan. Namun, bagi yang lain, seperti saya, itu memicu kebingungan dan kegalauan yang tak terkira.

Ketika pertanyaan itu diajukan, seperti dentuman petir di tengah hujan badai, pikiran saya terasa kacau. Saya mencoba menyusun kata-kata untuk menjawab, tetapi mulut saya seolah tersegel rapat. Keringat dingin membasahi dahi, dan detak jantung terasa semakin cepat. Saya terdiam, mencari jawaban dalam keheningan yang menyiksa.

Pernikahan, sebuah institusi yang diidamkan oleh banyak orang, bagi saya terasa seperti labirin tanpa ujung. Saya mencoba untuk mencari tahu apa yang sebenarnya saya rasakan. Apakah ini yang saya inginkan? Apakah saya siap untuk mengikat diri dalam komitmen seumur hidup? Pertanyaan-pertanyaan itu melintas begitu cepat dalam pikiran saya, seperti lalu lintas di jalan raya yang padat.

Tidak bisa dipungkiri, ada tekanan dari berbagai arah. Keluarga yang berharap akan melihat saya menetap dan memiliki keturunan. Teman-teman yang merayakan pernikahan mereka sendiri, seringkali menjadi cerminan dari apa yang dianggap sebagai 'kebahagiaan' yang seharusnya saya ikuti. Namun, di tengah semua itu, ada suara kecil di dalam diri saya yang menolak untuk diam. Suara itu menuntun saya untuk mengeksplorasi lebih dalam apa yang sebenarnya saya inginkan.

Mengapa saya merasa galau? Mungkin karena saya belum menemukan jawaban yang tepat. Mungkin karena saya takut akan apa yang akan terjadi di masa depan. Atau mungkin karena saya belum benar-benar siap untuk melepaskan segala kemerdekaan dan kemandirian yang saya miliki selama ini.

Namun, di balik semua kegalauan dan kebingungan itu, ada cahaya kecil yang tetap bersinar. Cahaya harapan bahwa pada akhirnya, segala sesuatu akan berjalan dengan baik. Bahwa jawaban akan datang pada waktunya, dan keputusan yang saya ambil akan membawa saya ke arah yang benar.

Jadi, meskipun saat ini saya merasa seperti seorang pelaut yang tersesat di tengah lautan yang luas, saya tetap bertahan. Saya terus berlayar, mencari arah yang benar, dan mempercayai bahwa pada suatu hari nanti, saya akan menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang menggantung di udara itu.

Mungkin bagi sebagian orang, kegalauan ini terdengar seperti lelucon. Mereka mungkin berkata, "Tentu saja kamu harus menikah, itu hal yang alami!" Namun, bagi saya, ini adalah perjalanan yang penuh dengan pertimbangan dan perenungan. Dan saya percaya, di ujung perjalanan ini, saya akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sejati, terlepas dari apa pun jawaban yang saya pilih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak